Pages

Friday, June 17, 2016

Ketika Kaisar Memerintah Dengan Belas Kasih


Tahun pertama masa Zhenguan, Kaisar Tang Taizong memberitahu kepala personil kerajaan, “Kehidupan perempuan di lingkungan istana sangat memprihatinkan. Pada akhir Dinasti Sui, istana kerajaan terlalu banyak merekrut tenaga kerja perempuan. Banyak dari mereka tinggal di kota lingkar luar istana, dimana kaisar jarang berkunjung; hal mana hanya menghamburkan uang dan tenaga. Saya tidak menyukai situasi ini. Yang mereka lakukan hanya membersihkan rumah. Apa lagi yang dapat mereka lakukan? Biarkan mereka pulang ke rumah dan menikah. Kita dapat menghemat uang dan orang-orang akan lebih bahagia serta memiliki kehidupan pribadinya.”
Setelah itu, istana kerajaan mengirim pulang lebih dari 3.000 perempuan.
Tahun kedua masa Zhenguan, Tiongkok Tengah mengalami masa kekeringan diikuti dengan kelaparan yang parah.
Kaisar Tang Taizong mengatakan kepada menteri-menterinya, “Cuaca yang ekstrim adalah akibat dari kekurangan De (kebajikan, budi pekerti) pada diri saya, saya memerintah tidak berdasarkan kebajikan. Karenanya kita sedang dihukum. Kesalahan apa yang rakyat telah lakukan sehingga harus menerima penderitaan ini? Saya mendengar rakyat telah menjual putra putrinya demi uang. Saya merasa sangat sedih!”
Kaisar kemudian mengirim menteri Du Yan untuk melakukan penyelidikan di daerah yang dilanda kekeringan. Menteri Du Yan membeli kembali anak-anak tersebut dengan uang pribadi Kaisar dan mengembalikannya kepada orang tua masing-masing.
Pada tahun ketujuh pemerintahan Zhenguan, Gubernur Wilayah Xiangzhou, Zhang Gongjin meninggal dunia. Kaisar sangat sedih dan ia melayat beberapa kali untuk menyatakan perasaannya.
Beberapa pejabat mengirim catatan kepada Kaisar: “Buku Huai mengenai Yin-Yang mengatakan seseorang seharusnya tidak menangis pada saat perkabungan karena membawa ketidakberuntungan.”
Kaisar Taizong menjawab, “Hubungan saya dengan para menteri seperti ayah dan anak. Saya merasa sedih dari dalam hati. Bagaimana tidak menangis?” Setelah itu, Kaisar mulai menangis kembali.
Di tahun ke-19 era Zhenguan, Kaisar Taizong sendiri memimpin tentaranya untuk mengalahkan Korea. Ketika beristirahat di Ding Zhou, beberapa tentaranya berhenti. Kaisar Taizong bertemu dengan tentara tersebut di Gerbang Utara. Satu diantaranya sakit dan tidak dapat mengikuti pasukan. Kaisar Taizong mengundangnya beristirahat di sisi tempat tidurnya dan menanyakan dimana ia terluka. Kaisar juga meminta tabib di Ding Zhou untuk mengobati tentara yang sakit tersebut. Karena belas kasihnya, semua jenderal dan tentaranya bersedia mengikutinya berperang.
Dalam perjalanan pulang, Taizong memerintahkan tentaranya untuk memberikan upacara penghormatan kepada tulang-tulang tentara yang mati, dimana mereka mengorbankan hewan kerbau, domba dan babi. Kaisar sendiri datang ke upacara dan menangis. Semua personil militernya tersentuh hingga turut menangis.
Setelah upacara, para orang tua dari tentara yang gugur tersebut berkata, “Kaisar menangis pada penguburan putra kita. Sekarang mereka dapat beristirahat dengan tenang.”
Ketika tentara Kaisar Taizong menyerang kota Baiyan di timur Provinsi Liaoning, Jenderal Li Simo terluka kena panah. Kaisar sendiri menghisap luka Jenderal Li untuk membuang darah matinya keluar. Semua tentaranya sangatlah terkesan.

Sunday, February 21, 2016

HIDUP ADALAH ANUGERAH




Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.
Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .
Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”
***
Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.
Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata kasar Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.
Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan untuk meminta penyembuhan sehingga suaminya TIDAK LUMPUH seumur hidup.
Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.
Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.
Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.
Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.
Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah dan isilah hidup ini dengan sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.
NIKMATILAH dan BERI YANG TERBAIK DI SETIAP DETIK DALAM HIDUPMU, KARENA ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI untuk waktumu selanjutnya !!!

Wednesday, May 21, 2014

Sungai Jodoh



Di pulau Batam ada gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Suatu hari saat mencuci di sungai ia melihat ular. Namun ular itu hanya berenang sambil memperlihatkan lukanya. Karena kasihan, Mah Bongsu memberanikan diri mengambil ular itu dan merawatnya. Mah Bongsu merawat ular itu hingga sembuh. Setiap kulit ular yang mengelupas dibakarnya. Dan ajaib setiap dibakar timbul asap putih. Jika asap mengarah ke Singapura tiba-tiba ada setumpuk emas, jika ke Sumatera muncul kain tapis Lampung yang mahal. Akhirnya Mah Bongsu menjadi kaya raya. Kekayaan ini membuat sebagian orang iri. Ada yang bilang memelihara tuyul namun itu tidak terbukti. "Sudahlah yang penting tidak ada yang dirugikan apalagi ia dermawan sekali," kata Mak Ungki pada orang yang iri.
Tapi ternyata Mak Piah dan Siti Mayang anaknya tetap iri. Setiap malam mereka mengintip Mah Bongsu. "Wah, ada ular besar. Kulitnya yang terkelupas dan dibakar akan mendatangkan harta karun ?" gumam Mak Piah pada anaknya. Esoknya Mak Piah mencari ular, tak lama ia pun mendapatkan  ular besar berbisa. Ular itu langsung dibawanya pulang. Malam harinya, Mak Piah memaksa anaknya tidur bersama ular itu. "Aku takut, Mak!" kata Siti Mayang. Namun Mak Piah terus memaksa. "Ular melilit dan menggigitku!" teriak Siti Mayang ketakutan. "Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun," ucap Mak Piah.
     Sementara itu Mah Bongsu semakin menyayangi ularnya. Ular itu kemudian mengajak Mah Bongsu ke tempat mereka pertama kali bertemu. Sampai di sungai, ular itu mengutarakan niatnya untuk menikahi Mah Bongsu. Melihat Mah Bongsu yang tertegun, ular itu segera meninggalkan kulitnya dan berubah menjadi lelaki tampan. Dan kulit ular itu berubah menjadi rumah megah di depan pondok Mah Bongsu. Kemudian selanjutnya tempat itu disebut desa Tiban. Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkan. Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan ucapan selamat.
Dibalik kebahagiaan Mah Bongsu, keadaan keluarga Mak Piah yang tamak sedang dirundung duka, karena Siti Mayang, anak gadisnya meninggal dipatok ular berbisa. Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi pemuda tampan itu dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut "Sungai Jodoh"

Sumber : Cerita rakyat
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...