MONYET & GENGGAMAN!!!
Di Afrika, teknik atau cara berburu monyet begitu unik.
Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup tanpa cedera.
Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup tanpa cedera.
Cara
menangkapnya sederhana saja, si pemburu hanya menggunakan toples berleher
panjang & sempit. Toples itu diisi kacang yg telah diberi aroma. Tujuannya
utk mengundang monyet2 datang.
Setelah
diisi kacang, toples2 itu ditanam dlm tanah dgn menyisakan mulut
toples dibiarkan tanpa tutup. Para pemburu biasa melakukannya disore hari. Besoknya,
mereka tinggal meringkus monyet2 yang tangannya terjebak di dalam botol, tak
bisa dikeluarkan.
Kok,
bisa...?
Monyet2
itu tertarik pada aroma yg keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu
memasukkan tangan untuk mengambil kacang2 yg ada di dalam. Tapi karena
menggenggam kacang, monyet2 itu tidak bisa menarik keluar tangannya dari botol
yang mulutnya kecil.
Selama
mempertahankan kacang2 itu dengan menggenggam atau mengepalkan tangannya,
selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi,
monyet2 itu tidak akan dapat pergi ke mana2...!
Mungkin
kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet2 itu. Tapi, tanpa sadar
sebenarnya kita mungkin sudah menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita
bersikap spt monyet2 itu...
Kita
mengenggam erat setiap permasalahan yg kita miliki layaknya monyet menggenggam
kacang. Kita sering menyimpan dendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah
mengampuni. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam
dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.? Bahkan, kita bertindak begitu bodoh,
membawa “toples-toples” itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban berat itu,
kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang
terperangkap penyakit kepahitan yg parah...?
Sebenarnya
monyet2 itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya & kita pun
akan selamat dari sakit hati jika sebelum matahari terbenam kita mau melepas
semua perasaan negatif terhadap siapapun…
*Bukalah genggaman anda,
jangan simpan kepahitan itu*
Semut dan Lalat
Beberapa
ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah
rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu
rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si
lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.
“Saya bosan
dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya.
Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat
dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap
sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya
seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.
Si lalat pun
terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak
kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap
mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik,
demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak
kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar
di lantai.
Tak jauh
dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari
sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu,
serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga
mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang
itu menuju sarang mereka.
Dalam
perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada
apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada
saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha,
dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu.
Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga
akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”
Semut kecil
itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih
tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak
berhasil?”
Masih sambil
berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah
seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia
melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan
rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini
dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan
sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib
kamu akan seperti lalat ini.”
Para
pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan
cara yang berbeda
Sumber : Facebook-Abu Ghina
No comments:
Post a Comment
Terima kasih Komentar dan sarannya