Selama berminggu-minggu Abunawas tidak memiliki uang. Padahal dia membutuhkan uang untuk membeli makanan
untuk kebutuhan sehari-harinya.
Jadi, ia memutuskan untuk pergi
ke desa sebelah untuk mencari
pekerjaan. Hamper semua rumah sudah dia datangi. Tapi tetap tidak ada orang yang ingin mempekerjakannya. Dia
pun sangat lelah dan
beristirahat di bawah sebuah
pohon rindang. Akhirnya dia
tertidur. Tiba-tiba dua tangan yang kuat menggenggam lengannya dan diikuti suara yang nyaring berkata,
"Hei bangun kamu ini manuasia
malas!" dua tangan yang kuat tersebut
menarik Abu membangunkannya.
"Anda harus membantu kami dalam
pertanian kami," kata suara lain. Sebelum Abu bisa mengucapkan sepatah
kata pun kedua orang yang kuat itu telah membawanya pergi ke pertanian mereka.
Mereka berjalan beberapa saat sebelum
tiba di sebuah peternakan besar. Mereka membawa Abu ke seorang pria besar dan
kuat dengan anting-anting di salah satu telinganya.
"Kau akan bekerja di sini sampai
besok siang. Kami akan memberikan makanan dan minuman. Jika kamu bekerja lambat atau malas kami akan mencambuk punggungmu."
Abu pun bekerja dengan keras dan merasa sangat lelah, tiba-tiba dia dalam benaknya muncul
ide. Dia mendekati orang kuat dengan
anting-antingtersebut.
"Tuan," kata Abu.
"Apa?"
"Anda lihat bahwa saya seorang pria
kecil. Aku tidak bisa bekerja cepat. Jika saya memberi Anda orang yang sangat
kuat yang dapat bekerja tiga kali lebih keras dan lebih cepat dari saya, Anda
akan membiarkan aku pergi?"
Orang yang kuat pemilik peternakan itu tanpaknya
tertarik pada tawaran Abu itu. Dia
setuju untuk membiarkan Abu pulang.
"Ingat, jika Anda menipu saya, Anda
harus bekerja di sini sepanjang hari tanpa makanan atau minuman."
"Tidak, aku tidak akan menipu
Anda," kata Abu.
"Besok, pada siang hari, Anda akan
menemukan seorang pria tepat di bawah pohon di mana Anda menjemputku pagi ini.
Dia akan menjadi milikmu."
Abu kemudian pulang ke rumah dan muncul di
hadapan raja segera.
"Apa membawa Anda di sini, Abu"
"Yang Mulia, kemarin aku pergi ke
desa sebelah menikmati
musik yang sangat indah. Jika Anda merasa tertarik, saya bisa membawa Anda ke sana dan Anda
dapat menikmati sendiri. Tapi, ada satu syarat."
"Apa itu, Abu?" tanya raja yang
begitu tertarik dengan musik.
"Anda harus berpakaian seperti
petani."
"Tidak, masalah," kata raja.
Keesokan harinya, Abu dan raja datang ke
pohon rindang tempat Abu disergap.
"Saya tidak mendengar apa-apa,
Abu,"
"Bersabarlah sebentar, Yang Mulia. Saya dengar musik
kemarin di sini pada saat siang hari. Jadi, mari kita tunggu beberapa menit."
Angin bertiup lembut di wajah mereka. Raja
menjadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Pada saat itu Abu pergi diam-diam
meninggalkan Raja.
Tak lama datanglah dua orang petani
mendekati raja yang sedang tidur.
Mereka menyeret raja. Tentu saja mereka tidak tahu bahwa mereka sedang menyeret
raja mereka, Raja Harun El Roshid, karena ia mengenakan pakaian petani. Tuan Peternakan mengatakan
hal yang sama dengan yang ia katakana kepada Abu sehari sebelumnya.
Raja bekerja keras dan cepat karena dia
tidak ingin mendapatkan cambuk di punggungnya. Dia sangat marah kepada Abu dan orang-orang biadab. Tapi ia tidak
bisa berbuat apa-apa saat itu.
Keesokan harinya mereka membiarkan raja pulang tepat pada siang hari. Raja kembali ke istana
segera dan memerintahkan penjaga untuk membawa Abu hadapannya. Ketika Abu
berada di depan raja ia berkata dengan marah,
"Beraninya kau melakukan itu padaku!
Aku akan menghukum kamu!"
"Tunggu sebentar, Yang Mulia!"
Kata Abu tenang.
"Maafkan saya, tetapi jika aku tidak
membiarkan Anda tahu sendiri segala sesuatu yang terjadi di sana, Anda tidak
akan percaya padaku. Sekarang Anda telah melihat dan mengalami segala
sesuatunya sendiri. Setidaknya Anda sekarang tahu bahwa tidak semua warga
anda adalah orang baik. Beberapa dari
mereka jahat dan kejam seperti para
petani di desa tetangga. " Raja mengangguk perlahan dan kemudian tersenyum.
"Kau benar, Abu!"
No comments:
Post a Comment
Terima kasih Komentar dan sarannya